Menurut pepatah Arab:
“Jangan terlalu banyak tertawa, kerana terlalu banyak
tertawa akan mematikan hati.”
Pepatah yang lain pula berbunyi:
“ Senyummu kala bertemu saudaramu bernilai sedekah.”
Orang Arab suka memuji orang yang murah dengan senyuman dan
selalu tampak ceria. Menurut mereka perangai sedemikian itu merupakan
pertanda kelapangan dada, kedermawanan, kemurahan hati, kemuliaan dan
kesejukan hati.
Salah satu nikmat Allah s.w.t. yang diberikan kepada
penghuni syurga adalah tertawa. Dan jangan tertawa sinis dan sombong sebagaimana
orang-orang kafir.
Sesungguhnya kita sangat memerlukan kepada senyuman, wajah
yang ceria, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, mesra dan
keramahan.
Benarlah yang dinyatakan oleh Nabi s.a.w.:
ان الله اوحى الى
ان تواضعوا حتى لا
ببغي احد على احد
ولا يفخر احد على
احد.
"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar
kalian bersikap tawaduk hingga tidak ada seorang pun yang berbuat zalim
terhadap orang lain dan tidak ada seorang pun yang berlaku angkuh terhadap
orang lain." (Al-Hadith)
Iliyya Abu Madhi, seorang pemuisi hebat mendeklamasikan
puisinya:
Dia berkata: "Langit sedih dan terlihat murung."
Aku berkata: "Tersenyumlah! Biarkan kemurungan itu ada
di langit!"
Dia berkata: "Keamanan telah merasuk!"
Aku berkata: "Tersenyumlah! Dukacita tidak akan pernah
kembali, sebab ia telah mati."
Dia berkata: "Langit di angkasa telah menyatu dalam
cinta yang berkobar dalam dadaku dan telah menjadi neraka jahanam. Dia khianati
janji setelah merenggut hatiku. Lantas bagaimana aku sanggup tersenyum?"
Aku berkata: "Tersenyumlah dan bersenanglah! Kalau kau
tetap bersama kesedihan, akan kau habiskan seluruh umurmu dalam
kepedihan!"
Dia berkata: "Perniagaan mendekati kerugian seperti
seorang musafir yang hampir mati kehausan atau seperti singa yang haus darah.
Dia meludah darah setiap kali menjulurkan lidah."
Aku berkata: "Tersenyumlah! Kau bukanlah penyebab
kesembuhannya, kecuali bila kau mahu tersenyum. Apakah ketika orang lain berbuat
dosa dan tidur dengan perasaan takut, engkau merasa bahawa engkaulah pendosa
itu?"
Dia berkata: "Musuh sedang berada di sekelilingku.
Mereka berteriak menakutiku. Bukanlah aku telah tertawan dan apakah musuhku
tidak melihatku?"
Aku berkata: "Tersenyumlah! Cacian mereka tidak
ditujukan untuk menuntutmu jika kau tidak lebih mulia dan agung daripada
mereka?"
Dia berkata: "Musim telah jelas tanda-tandanya
tergambar padaku di pakaian dan lukisan, sedang diriku mempunyai kewajiban
terhadap kekasihku namun tidak ada satu dirham pun di kedua telapak tanganku.
"
Aku berkata: "Tersenyumlah! Bukankah kau masih hidup?
Kau bukanlah termasuk orang yang tidak mempunyai kekasih."
Dia berkata: "Malam-malamku berlalu dalam
kepahitan"
Aku berkata: "Tersenyumlah! Jika kau merasa pahit,
semoga orang lain melihatmu sedang bersenandung. Lemparkan kedukaan jauh-jauh
dan tetaplah bersenandung. Apakah dia
akan melihatmu jika engkau bernyanyi dengan limpahan dirham atau kau merasa
rugi jika engkau bernyanyi dengan hati
berseri-seri? Wahai sahabat, janganlah sampai kesedihan membuat mulutmu terdiam dan raut mukamu menampilkan kesihatan. Tersenyumlah ... !
Sesungguhnya bintang-bintang pun tersenyum dan kegelapan akan saling
berbenturan. Oleh kerana itu, kita menyukai bintang-bintang."
Dia berkata: "keceriaan tidaklah akan membuat keadaan
akan menjadi lebih baik. Ia datang ke dunia ini dan tetap akan pergi walau
terpaksa."
Aku berkata: "Tersenyumlah! Selagi hayat di kandung
badan selama engkau masih hidup sebab
sudah terlalu lama engkau tidak tersenyum"
Aku berkata: "Senyumlah sayang."
No comments:
Post a Comment