Kenikmatan
hidup ada pada diri kita sendiri. Sama ada kita miliki 100% kenikmatan itu,
atau 80% ada pada diri sendiri dan 20% tidak kita miliki.
Semua
manusia sama; saya, anda dan mereka.
Kita
terlalu mudah menangis terhadap apa yang tidak kita punya, dan tidak pernah
tersenyum terhadap apa yang kita miliki.
Kita
juga bersedih atas semua yang gagal kita raih, dan tidak pernah senang atas
kebaikan yang dapat kita raih.
Kita
merungut terhadap semua yang menimpa kita dan tidak pula pernah mensyukuri apa
yang masih ada dan yang masih banyak terpampang di depan mata.
Semasa
perang dunia kedua, diceritakan tentang sebuah kapal perang Amerika tertembak
dan hampir tenggelam di laut Jepun. Beberapa orang anak kapalnya terperangkap
dalam ruang kapal itu selama tiga belas (13) hari sebelum diselamatkan. Ketika
itu mereka telah kehabisan bahan makanan. Dalam ruang di bawah air itu hanya
ada air sejuk dan roti kering.
Setelah
mereka dapat diselamatkan, mereka ditanya ketika sampai di pelabuhan
detik-detik cemas itu, antara pertanyaan itu:
"Pelajaran terbaik apa yang
dapat kamu dapatkan dalam peristiwa itu?"
Mereka
menjawab:
"Pada hari-hari yang
menggerikan itu kami mengerti bahawa siapa saja yang masih diberi kesihatan dan
masih boleh makan dan minum, maka dia telah merasakan memiliki seluruh
dunia."
Kini
ditanya pula kepada kita:
"Apakah dunia itu? Apakah dunia
hanya kesihatan badan, ketenangan batin, keselesaan tidur, ada harta, sepotong
roti yang kita makan, seteguk air yang kita minum, dan sehelai pakaian yang
dipakai. Dan selain itu bukan dunia?"
Mengapa
kita tidak mengukur kehidupan kita menurut Islam, sebaliknya bertanya dan
menjawab soalan kepada diri kita sendiri?
"Apakah yang ada pada kita dan
apa pula yang kurang pada kita?"
No comments:
Post a Comment